Kapan Tekanan Darah disebut Sudah Menjadi Gangguan?

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang umum terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria muda dan setengah baya dibandingkan dengan wanita seusianya. Tetapi begitu umur mencapai 55-64 tahun, risikonya menjadi hampir sama. Hipertensi tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol dengan pola hidup seha dan bantuan obat-obatan.


Tekanan darah (blood pressure/BP) ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa jantung (cardiac output/OC), dan tahanan pembuluh darah terhadap aliran darah tersebut (peripheral vascular resistance/PVR). Bila arteri (pembuluh darah dari jantung) menyempit, maka aliran darah menjadi berkurang jumlahnya, sehingga semakin banyak darah yang harus dipompa oleh jantung melalui arteri yang semakin menyempit itu tentulah tekanan darah akan menjadi lebih tinggi. Akibatnya, jantung akan bekerja lebih keras untuk memompa darah dalam jumlah yang sama. Jantung bagian kanan menjadi lebih besar, dan darah dapat terdorong membalik.


Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:


Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.

Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi " vasokonstriksi" , yaitu jika arteri kecil (arteriola) mengkerut untuk sementara waktu karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, tekanan darah akan menurun, atau menjadi lebih kecil jika aktivitas memompa jantung berkurang, atau arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi peredaran darah tersebut. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).


Apa penyebabnya?


Seringkali (sekitar 90 persen kasus) hipertensi tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10 persen lagi, kasus hipertensi diketahui sebagai akibat dari penyakit tertentu, atau sebab lain yang jelas gejalanya. Bila penyebabnya itu tidak diketahui, kondisi ini disebut hipertensi primer. Yang diketahui penyebabnya sebagai akibat dari suatu hal tertentu atau cacat bawaan, misalnya diabetes, gangguan ginjal, atau minum obat kontrasepsi, disebut hipertensi sekunder.


Pada wanita, penurunan kadar estrogen (menopause) berhubungan dengan hipertensi. Kadar garam yang tinggi dalam darah (dari makanan) dan stres memperburuk kondisi tekanan darah tinggi (bukan faktor penyebab utama).


Namun, dari penelitian terakhir terungkap bahwa disfungsi metabolik sebagai penyebab hipertensi kronis. Hal ini dimulai dari perubahan gaya hidup yang bersenang-senang (sedentary lifestyle), kurang bergerak (physical inactivity) yang dimanjakan teknologi serba otomatis, dan pola makan buruk yang tinggi kalori (lemak dan karbohidrat), rendah serat (sayur dan buah), dan berpengawet. Akibatnya proses metabolisme tubuh melambat, dan pasokan makanan berlebih, sehingga terjadi penumpukkan lemak (cadangan makanan) yang berlebihan. Tubuh menjadi melar (gemuk) berlebihan. Sistem metabolik dipaksa bekerja lebih keras, sampai akhirnya kelelahan.


Tekanan darah dan kadar lemak darah yang tinggi (dyslipidemia) menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah (hipertensi), bahkan pada kondisi lebih parah terjadinya penyumbatan pembuluh darah (serangan jantung, stroke dan gagal ginjal). Peningkatan penggunaan garam (natrium), serta berkurangnya asupan kalium dan kalsium diduga sebagai penyebab tambahan terjadinya hipertensi.


Bagaimana tekanan darah itu diukur?


Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Angka tekanan darah yang normal adalah 120/80 mmHg (milimeter air raksa). Angka atas (120) disebut tekanan sistolik, nilai tekanan yang dihasilkan jantung ketika memompa darah ke luar melalui arteri. Sedangkan angka bawah (80) adalah tekanan diastolik, nilai tekanan pada arteri ketika jantung berhenti memompa di antara denyutannya. Tekanan darah itu biasanya tidak sama sepanjang hari. Bila kita melakukan kegiatan, tekanan darah akan naik, dan turun saat kita beristirahat. Begitu pula halnya dengan ukuran tekanan darah yang normal akan berbeda menurut usia dan kegiatan seseorang.


Seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi, bila tekanan darah secara menetap berada pada angka 140/90 mmHg atau lebih tinggi. Sampai dengan stadium 2 pada umumnya tidak ada gejala yang mencurigakan, tetapi setelah mencapai stadiu, 3 (180/110 mmHg atau lebih tinggi), akan muncul gejala-gejala yang memperingatkan kita agar segera menghubungi dokter. Gejala-gejala tersebut adalah: sakit kepala yang menyiksa, sulit bernapas, denyut jantung tak beraturan, lelah atau bingung, darah di dalam urin, dll. Pada stadium hipertensi kritis dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung atau stroke dalam waktu dekat.